Kamis, 06 November 2014

PSIKOLOGI SOSIAL : PERSEPSI-ATRIBUSI-KOGNISI SOSIAL

PERSEPSI, ATRIBUSI, DAN KOGNISI SOSIAL

A.    PERSEPSI  SOSIAL
Pengertian dan Proses Persepsi Sosial
Persepsi merupakan suatu proses yang diawali dengan penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses ketika seseorang menerima suatu stimulus melalui alat penerima (alat indera). Namun proses tersebut masih berlanjut, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Oleh karena itu, proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.
Moskowitz & Orgel berpendapat bahwa Persepsi merupakan proses pengorganisasian penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakin sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integret dalam diri individu.
Menurut Davidoff Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan menginterpretasikan terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.
Menurut Gibson Persepsi sebagai suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami dalam lingkungan kita. Persepsi manusia terhadap seseorang objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek, atau kejadian serupa. Persepsi sosial adalah proses yang dialami seseorang untuk mengetahui dan memahami orang-orang lain.
Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi sosial yang sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi sosial yang berbeda tentang stimulus yang ada dilingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh sosial budaya dari lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motiv individu, dan kepribadian individu.
Persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi sosial, yaitu pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu :
1.    Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
2.    Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3.    Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.
Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi evaluatif, yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi dengan orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang saling berkaitan, yaitu :
1.    Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang lain yang dinamis, aktif dan independen.
2.    Reaksi orang lain, merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari individu, karena aksi individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman individu dan cara pendekatannya terhadap orang lain mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga timbul reaksi.
3.    Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik yang akan muncul. Dalam usaha menginterpretasi orang lain sering digunakan dimensi-dimensi tertentu.
Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999) mengatakan bahwa persepsi sosial memiliki beberapa elemen, yaitu:
a.    Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
b.    Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk menilai sesuatu.
c.    Behavior, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh orang lain.
Ada dua pandangan mengenai proses persepsi, yaitu :
1.    Persepsi sosial berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepatberdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas.
2.    Persepsi sosial adalah sebuah proses yang kompleks,orang mengamati perilaku orang lain dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person, situasional, dan behaviour.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadapobjek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol & Bartol,1994).


Sifat-Sifat Persepsi
·         Persepsi bersifat dugaan karena merupakan loncatan langsung pada kesimpulan, karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah utuh.
·         Persepsi bersifat evaluatif karena mencakup unsur seleksi dan penilaian dalam merespon stimulasi.
·         Persepsi bersifat kontekstual berarti koteks dalam mempersepsi stimulan sangat berpengaruh.

Persepsi menurut Psikologi Lingkungan
Penjelasan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat didasarkan pada dua cara pendekatan :
a.    Pendekatan yang pertama yaitu pandangan konvensional. Pendekatan inidiawali dari adanyan rangsang dari luar diri individu atau yang disebut sebagai stimulus, kemudian individu tersebut menjadi sadar akan adanya ransang ini melalui penginderaannya yang merupakan sel-sel saraf reseptor yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu, misalnya cahaya, suara, suhu dan lain-lain. Apabila sumber energi tersebut cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor maka terjadilah penginderaan. Jika sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam otak, yang merupakan pusat syaraf yang lebih tinggi, sehingga manusia dapat mengenali dan menilai objek-objek maka keadaan ini dinamakan persepsi.
b.    Pendekatan yang ke dua adalah pendekatan ekologik, yaitu  individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang diinderakannya karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Ia berpendapat bahwa persepsi terjadi secara spontan dan langsung. Jadi, bersifat holistik. Spontanitas itu terjadi karena organisme selalu mengeksplorasi lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan setiap objek yang ada di lingkungannyadan setiap objek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas untuk organisme bersangkutan.


Bias / Kesesatan dalam Persepsi Sosial
Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial, antara lain yaitu:
1.    Hallo Effect, merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan persepsinya hanya pada kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.
2.    Forked Tail Effect (negative hallo), merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.
B.    ATRIBUT  SOSIAL
Pengertian Atribusi Sosial
Atribusi sosial adalah suatu proses dimana seseorang mengidentifikasi penyebab dari tingkah laku orang lain, dan kemudian memperoleh pengetahuan mengenai trait-trait yang stabil mau pun faktor disposisi sebagai penyebab munculnya tingkah laku tersebut. Atribusi kausal adalah proses yang menjelaskan terjadinya suatu kejadian atau proses menarik kesimpulan mengenai penyebab-penyebab dari suatu peristiwa.

Teori – Teori Atribusi
Beberapa teori yang berkaitan dengan atribusi.
1.    Corespondance Inference (Penyimpulan Terkait)
Menurut teori yang berfokus pada target ini, perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. Jadi kalau kita mengamati perilaku orang lain dengan cermat, maka kita dapat mengambil berbagai kesimpulan.
2.    Concious Attentional Resources (Teori Sumber Perhatian dalam Kesadaran)
Teori ini menekankan pada proses yang terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamat). Gilbert, dkk. (1988) mengemukakan bahwa atribusi harus melewati kognisi. Dalam proses kognisi ada tiga tahap :
a.    Kategorisasi
b.    Karakterisasi
c.    Koreksi

3.    Teori Atribusi Internal dan Eksternal dari Kelley
Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk menetapkan apakah suatu perilaku beratribusi internal atau eksternal, yaitu : .
a.    Konsensus, Apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada pada situasi yang sama.Makin banyak yang melakukan makin tinggi konsensus dan semakin sedikit yang melakukanya,makin rendah konsensus
b.    Konsistensi, Apakah pelaku bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama dalam situasi yang sama.Konsisten tinggi,kalau pelaku melakukan perilaku yang sama.Konsisten rendah kalau pelaku tidak melakukan perilaku yang sama dalam situasi yang sama tersebut.
c.    Distingsi atau kekhususan, Apakah pelaku bersangkutan cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda – beda.Distingsi tinggi kalau “ya”,distingsi rendah,kalau “tidak”


Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada 3 atribusi, yaitu:
1.    Atribusi Internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran darikarakternya bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.
2.    Atribusi Eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
3.    Atribusi Internal-Eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus rendah, dan konsistensi tinggi.

Kesalahan Atribusi
-       Fundamental Error : kencenderungan untuk mengindikasikan faktor internal sebagai penyebab perilaku.
-       Efek pelaku–pengamat (actor-observer effect) : kencenderungan untuk mengatribusikan perilaku kita sendiri sebagai situasional dan mengatribusikan perilaku orang lain pada faktor internal.
-       Self serving bias : kecenderungan untuk mengatribusikan hasil perilaku kita yang positif (misalnya keberhasilan studi) pada faktor internal (misalnya karena saya pandai dan gigih) tetapi mengatribusikan hasil – hasil negatif kita pada faktor eksternal (misalnya mata kuliah berat dan dosennya sukar di pahami).

Bias dalam Atribusi
Seringkali proses atribusi menjadi bias karena faktor pengamat sebagai ilmuwan naïf menggunakan konsep dirinya ke dalam proses tersebut dan juga karena faktor-faktor yang berhubungan dengan orientasi pengamatan. Beberapa bias yang dikenal dalam atribusi adalah :
1.    Bias Fundamental Attribution, dalam memberikan atribusi pada pelaku, pengamat sering terlalu banyak menekankan factor disposisi daripada factor situasi. Penekanan yang tidak seimbang dari dua sisi akan menyebabkan bias dalam kesimpulan. Di sisi lain focus pengamatan memang lebih banyak pada perilaku, tetapi bukan berarti factor situasional kurang berperan. Bias atribusi fundamental ini pertama kali dikemukakan oleh Lee Ross
2.    Bias Self-Serving Ada kecenderungan umum pada setiap orang untuk menghindari celaan karena kesalahannya. Sayangnya cara yang dipilih untuk menghindari keadaan itu sering tidak tepat, yaitu dengan menimpakan pada situasi di luar dirinya. Seorang yang gagal menjadi juara sering menimpakan kesalahan pada panitia atau arena. Sedangkan bila mendapat keberhasilan dia lebih menekankan bahwa hal itu adalah karena kemampuannya.
3.    Efek Pelaku – Pengamat Bias ini terutama muncul pada hubungan antara perilaku dan pengamat yang sudah terjalin baik. Pertama kali, teori ini dikemukakan oleh Jones dan Nisbet. Pelaku akan menekankan pada faktor situasional. Sedangkan menurut pengamat, perubahan perilaku lebih banyak dipengaruhi faktor disposisi. Contohnya adalah hubungan antara seorang guru dengan siswa. Ketika suatu saat guru memberi nilai jelek pada hasil karangan murid, kedua orang ini memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai kegagalan. Bagi murid kegagalan tersebut disebabkan oleh kesibukannya, gangguan dari teman, ruang yang panas, atau yang lain. Sedangkan guru cenderung menimpakan keadaan ini kepada kondisi murid itu sendiri, misalnya kurang membaca bahan, kurang teliti, kurang ada kemauan dan sebagainya.
4.    Menyalahkan diri sendiri, Tidak jarang pula ditemui seorang yang terlalu menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami kegagalan. Orang yang sering menyalahkan diri sendiri, akan sulit untuk secara objektif memberi penilaian, sehingga dalam proses atribusi juga sering menyebabkan kebiasaan.
5.    Hedonic Relevance, Pengamat sering kurang objektif dalam memberikan penilaian terhadap peristiwa yang menyangkut dirinya. Apabila peristiwa itu menguntungkannya, maka akan menyebabkan penilaian lebih positif. Sebaliknya bila peristwa tersebut kurang menguntungkan dirinya, penilaian menjadi condong negatif.
6.    Bias Egosentris, Sering dijumpai pula bahwa orang menilai dengan menggunakan dirinya sebagai referensi, atau beranggapan bahwa orang pada umumnya akan berbuat seperti dirinya. Apabila standar diri ini diterapkan dalam memberi atribusi, maka bias sulit untuk dihindarkan.


C.    KOGNISI SOSIAL
Pengertian Kognisi Sosial
Kognisi sosial adalah tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara otomatis.
Dalam bukunya A Theory of Cognitive Dissonance, L. Festinger mengemukakan bahwa dalam teorinya yang banyak dipengaruhi oleh teori psikologi lapangan dari K. Lewin, sector-sektor dalam lapangan kesadaran dinamakannya elemen-elemen kognisi. Eleman-eleman kognisi itu saling berhubungan yang terdiri dari tiga jenis hubungan, yaitu hubungan yang tidak relevan, hubungan yang konsonan, dan hubungan yang disonan.
Hubungan yang ideal dalam struktur kognisi setiap manusia adalah kondisi konsonan, yaitu jika antara dua elemen ada hubungan yang relevan, hubungan itu hendaknya tidak saling bertentangan. Dalam hal ini terjadi hubungan yang disonan. Jenis upaya yang pertama adalah mengubah eleman prilaku. Upaya yang kedua adalah mengubah elemen kognisi lingkungan. Upaya yang ketiga adalah menambah elemen baru kognisi baru sehingga elemen kognisi yang ada m,endapat dukungan dari elemen yang baru.
Jalan Pintas Mental
Dalam proses kognisi manusia sering kali menggunakan jalan pintas mental (heuristics) untuk sampai pada suatu kesimpulan atau atribusi. Jalan pintas itu digunakan untuk mempercepat proses dan menghemat energi. Dengan kata lain heuristics dalam mental digunakan demi efisiensi. Berfikir jalan pintas mengandung bahaya kesalahan penyimpulan. Walaupun demikian, hal tersebut secara otomatis biasa dilakukan karena biasanya bahasa dan tidak salah.
Baberapa faktor dalam berfikir jalan pintas :
1.    Representasi, Kita harus menetapkan atribusi bedasarkan informasi yang tidak lengkap. Disinilah kita berfikir jalan pintas. Menurut rekaman informasi-informasi dalam ingatan kita.
2.    Pengutamaan (priming), Pikiran jalan pintas dipengaruhi oleh factor pengalaman yang paling baru (yang baru saja terjadi).
3.    Pengabaian rata-rata, Berbeda dengan repersentasi, pengfabain rata-rata justru tidak memperhatikan cirri-ciri yang umum berlaku. Berfikir jalan pintas disini didasarkan pada informasi khusus tentang satu orang saja.
4.    Ketersediaan informasi, Jika kepada orang Amerika diberi pertanyaan mana yang lebih besar, Indonesia atau Bali? Jawaban mereka adalah Bali, karena mereka mempunyai informasi lebih banyak tentang Bali, daripada Indonesia.


Berfikir ilusi (Illusory thinking)
Dalam psikologi, ilusi berarti kesalahan persepsi. Ilusi dalam persepsi social bersumber pada proses kognisi manusia.
1.    Ilusi tentang korelasi,
McFarland dkk, dalam penelitian terhadap sejumlah wanita menemukan bahwa sebagian dari mereka merasa bahwa ada hubungan antara suasana hatinya dengan siklus haid mereka. Padahal, dalam kenyataannya perubahan-perubahan suasana hati itu terjadi tanpa ada hubungannya dengan siklus haid mereka. Kesimpulannya adalah bahwa para wanita tersebut mempunyai ilusi tentang hubungan antara haid dengan suasana hati.
2.    Ilusi control,
Orang merasa seakan-akan ia dapat mengendalikan lingkungannya, padahal sebenarnya tidak.
3.    Penilaian yang terlalu percaya diri,
Ilusi kognisi ini disebabkan orang selalu ingin menilai kepercayaan-kepercayaannya, tetapi tidak mau menerima masukan yang tidak sesuai dengan kepercayaannya itu.


Aspek-aspek dasar kognisi sosial
1.    Memperhatikan yang inkonsisten
Segala yang tidak konsiten lebih diperhatikan daripada yang konsisten. Dalam peristilahan Festinger, inkonsitensi inilah yang menimbulkan gisonansi kognitif. Inkonsitensi ini menyebabkan perubahan penilaian atau atribusi dalam hubungan antara pribadi.
2.    Memperhatikan yang negatif
Hilang atau tidak diperhatikannya elemen-elemen kognisi yang positif akan merugikan atau mempersulit hubungan antar pribadi. Namun, kecenderungan ini sering dilakukan oranmg karena dengan memperhatikan yang negatif orang menjadi lebih waspada terhadap bahaya atau kerugian yang mungkin terjadi.
3.    Keraguan karena motivasi
Teori K.Lewin, seseorang berada dalam konflik mendekat-mendekat dengan elemen A mempunyai sedikit lebih banyak valensi positif dari elemen B. Sedikit tambahan valensi positif pada elemen A sudah cukup untuk muembuat seseorang itu memilih A.
4.    Berfikir kontrafaktual
Informasi konsistern atau konsonan dengan akibat perbuatan mempengaruhi pendapat seseorang. Bila awalnya kontrafaktual atau inkonsisten atau disonan membuat reaksi seseorang berbeda.
5.    Pribadi anda adalah apa yang ada miliki
Kadang-kadang benda-benda tertentu sengaja dimiliki seseorang untuk menciptakan citra diri tertentu. Kecenderungan orang untuk menilai orang lain berdasarkan orang lain berdasarkan kepemilikannya ini sesuan dengan teori atribusi penyimpulan terkait, bahwa apa yang dilakukan seseorang merupakan sumber untuk memperoleh informasi tentang orang itu.


PEMBUATAN KEPUTUSAN
Salah satu fungsi yang sangat penting dari proses kognisi adalah pengambilan keputusan. Teori psikologi sosial yang terbaru sudah dapat mengitung proses pengambilan keputusan secara lebih kuantitatif. Keuntungan teori prospek ini psikologi dapat meramalkan perilaku secara lebih tepat dan dapat menyarankan kepada seseorang untuk mengambil pilihannya yang paling tepat jika kita dapat mengetahui secara akurat berbagai elemen dalan kogisi. Teori prospek (Khaneman & Tversky) adalah teori yang mendeskripsikan bagaimana individu mengambil keputusan. Menurut teori prospek, keputusan diambil melalui dua tahap, kognitif. Dalam mrngevaluasi, individu diandaikan memakai fungsi nilai yang memiliki tiga karakteristik.
1.    Konsekuensi diterjemahkan kedalam deviasi dari suatu titik refrensi yang umumnya berupa status quo.
2.    Individu menilai besarnya keuntungan atau kerugian berdasarkan prinsip psikofisik.
3.    Respon terhadap kerugian jauh lebih ekstrim daripada respon mendapat keuntungan.
Pada prinsipnya fungsi nilai menterjemahkan konsekuensi objektif menjadi nilai subjektif dari konsekuensi. Teori prospeh juga mengajukan fungsi yang pada prinsipnya menerjemahkan probabilitas yang menyertai konsekuensi menjadi milai subjektif dari probabilitas. Dengan demikian, nilai total dari sebuah alternative adalah nilai subjektif konsekuensi dengan diberi bobot nilai subjektif dari probabilitasnya.

AFEK DAN KOGNISI
Afek adalah perasaan, jika afek ini berlangsung lebih lama dan intensif dinamakan emosi dan jika emosi ini berkelanjutan dan tak kunjung hilang dinamakan manis (kalau afeknya senang) atau depresi (kalau afeknya sedih). Kognisi dapat mempengaruhi afek sebagai rangsang dari dalam (internal stimulus), sama halnya dengan pengruh rangsang dari luar (eksternal stimulus).

Hakikat emosi
Dalam teori yang paling klasik (teori Cannon Bard) emosi timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik. Teori kedua adalah yang berorientasi pada rangsangnya. Reaksi fisiologik dapat saja sama, tetapi juka rangsangnya menyenangkan, namanya emosi senang, sebaliknya jika rangsangan membahayakan, emosi yang timbul dinamakan tahu (Schachter & Singer, 1962). Teori yang ketiga dinamakan teori James / Lange. Dalam teori ini emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologi.

Afek Pengaruhi Kognisi
Afek dapat mempengaruhi kognisi. Ketika afeknya positif, segalanya dalam kognisi menjadi positif. Namun, jika afeknya negatif segalanya menjadi negatif. Afek juga berpengaruh pada memori (ingatan). Afek yang positif bepengaruh pada memori tentang peristiwa-peristiwa yang positif, sedangkan afek yang negatif bepengaruh pada memori tentang peristiwa-peristiwa yang negatif.

Kognisi Pengaruhi Afek
Kognisi mempengaruhi afek juga melalui skema kognisi. Kalau sebuah peristiwa termasuk kedalam golongan tertentu, afek yang timbul mengikuti penggolongan itu. Selain itu, simpilan dalam kognisi juga mempengaruhi afek kita. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi afek dari kognisi adalah perkiraan atau harapan akan dampak dari perilaku tertentu.

DI INDONESIA
Teori Kognitif mungkin adalah yang paling dapat diterima untuk menerangkan perilaku sosial dibandingkan dengan teori psikoanalisis dan teori behaviorisme. Teori kognitif harus memproses segala informasi yang diterimanya dari penginderaan melalui kesadaran sebelum dijadikan respon atau reaksi. Walaupun demikian penerapan teori kognisi dalam hubungan dengan masyarakat di Indonesia harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya perbedaan struktur kognisi pada manusia Timur dari manusia Barat. Perbedaan yang pertama adalah pada kategorisasi itu sendiri karena norma yang berbeda. Perbedaan yang kedua adalah bahwa di Timur, tidak ada batas yang tegas antara satu golongan dengan golongan yang lain, sehingga pada saat yang bersamaan dua kategori atau lebih dapat dijadikan satu. Perbedaan ketiga adalah dalam perkembangan diri “aku”. Konsekuensi dari perbedaan struktur dan isi kognisi ini adalah bahwa selalu akan terjadi kemungkinan kesalahpahaman antara dua pihak kalau masing-masing menggunakan struktur kognisinya sendiri dan mereka sama-sama tidak mengerti struktur kognisi pihak yang lain.


1 komentar:

  1. Sporting 100: How to Bet on Sports toto
    The first and most important part 서귀포 출장안마 of your sports bet 군산 출장마사지 is 경상북도 출장마사지 understanding how to bet on 토토사이트 your favorite team. Betting on your favorite team 문경 출장마사지 is a great way to

    BalasHapus